TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA  - Bubuk kopi yang hitam ternyata bisa dimanfaatkan sebagai scrub atau  pembersih kulit tubuh. Caranya bubuk kopi itu dilulur kemudian digosok.
Menurut Byta Mariano, Assistant Health Club & Spa Manager Hotel  Shangri-La, bubuk kopi ini bisa mengangkat sel kulit mati dan merangsang  pertumbuhan kulit baru. ”Noda hitam, flek atau bekas kulit bisa  terangkat bila discrubing secara teratur,” jelas Byta.
Selain itu aroma kopi yang kuat, juga bisa menjadi aromatherapy yang  menyegarkan. Meningkatkan semangat dan menghilangkan rasa jenuh dan  lelah yang ada sebelumnya. Jadi scrubbing, tidak hanya sekedar  menghilangkan kotoran, tapi juga membuat pikiran menjadi lebih rileks  dan tenang.
Setelah proses scrubbing selesai, untuk mendapatkan tubuh yang lebih  bugar, bisa dilanjutkan dengan Maduranese Massage atau pijat ala Madura.  Pijat ini, dikonsentrasikan pada bagian tubuh bawah. Mulai dari telapak  kaki, pergelangan, betis, hingga paha.
Pada telapak kaki, terdapat 60 titik akupuntur yang berhubungan  dengan kandung empedu, kandung kemih, lambung, limpa, hati dan ginjal.  Dengan adanya hubungan itu, menunjukkan, pemijatan di kaki bisa memberi  efek positif pada organ-oragan itu. Selanjutnya membuat metabolisme  tubuh bisa berjalan dengan lancar dan nyaman.
Manfaat lain dari pijat ala Madura ini, lanjut Byta, meski titik  konsentrasi pemijatan ada pada tubuh bagian bawah, tetap pada bagian  tubuh atas, seperti kepala, pundak, pinggang, dan pinggul, juga diberi  pijatan. Sehingga kesegaran lebih merata.
”Maduranese Massage ini bisa dilakukan selama satu jam. Ditambah  scrubbing dengan kopi, perlu waktu satu jam. Total dua jam,” jelas Byta.
Salah satu konsumen scrub dan Maduranese Massage, Widyowati (27),  mengaku telah menikmati manfaat dari pijat ini. ”Saya seringkali merasa  capek dan lelah, tanpa tahu di bagian mana yang sakit. Begitu dipijat  dan discrub, rasanya jadi lebih enteng,” jelas karyawati sebuah  perusahaan swasta itu.
Widyowati, melakukan pijat ala Madura ini secara rutin dua minggu  sekali. Dengan pijat ini, dia merasa tekanan pekerjaan dan kegiatan  sehari-harinya bisa dilalui secara nyaman. ”Dua minggu sekali, tapi  harinya beda-beda. Tergantung kosongnya waktu,” lanjut Widyowati, yang  menyiapkan anggaran Rp 500.000 untuk sekali pijat.
Tarif scrubing dan pijat sebenarnya masih dibawah Rp 500.000. Tapi  angka itu, bersama anggaran biaya makan yang pasti dilakukan usai pijat.  ”Karena selain segar dan bugar, habis pijat rasanya langsung lapar.  Jadi saya pasti mampir menikmati makan di restauran di dalam Hotel  Shangri-La ini,” tandasnya.

0 comments:
Post a Comment